5 Tahap dalam Berkomunikasi - Referensi Buku Komunikasi Antarpribadi
A. Lima Tahap dalam Berkomunikasi
Komunikasi dapat terjadi antara minimal dua orang.
Jika dua orang bertemu, maka terjadilah sebuah interaksi komunikasi.Namun
Komunikasinya itu dapat berlangsung pada
tahap kedalaman yang telah berbeda -
beda. Tahap kedalaman komunikasi ini dapat di ukur dari apa dan siapa yang dibicarakan:
pikiran atau perasaan, objek tertentu,
orang lain atau dirinya sendiri. Semakin orang mau saling membicarakan tentang perasaan yang ada
dalam dirinya, semakin dalam lah tahap komunikasi yang terjadi. Atas dasar
kedalaman seperti ini, John Powell (Staf CLC, 198) membedakan komunikasi dalam
lima tahap.
Tahap Pertama
Tahap pertama atau disebut tahap yang paling dangka; dalah basa
basi. Ini biasanya terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Misalnya, seorang guru yang
sedang duduk di ruang tunggu pada saat mengikuti kegiiatan workshop di gedung pertemuan Departemen Pendidikan Nasional
Jakarta. Sebagai bentuk sopan santun, dia menegur guru yang menjadi peserta workshop lainnya yang berasal dari daerah yang berbeda,dengan misalnya
menanyakan, "apa kabar?", tanpa menghaapkan jawaban yang sebenarnya.
Maka biasannya juga hanya akan dijawab, "Kabar baik", dan setelah itu
diam atau melanjutkan dengan pertanyaan lain sebagai bentuk basa – basi. Jadi,
pada tahap ini proses komunikasi tidak terjadi dalam arti yang sebenarnya,
setiap pihak tidak membuka diri bagi
yang lainnya.
Tahap Kedua
Tahap kedua, dalah membicarakan orang lain,. Pada tahap ini
orang sudah mulai menanggapi, namun tetap masih pada tahap dangkal, khususnya
belum mau berbicara tentang diri masing – masing. Melanjutkan contoh diatas,
guru yang menjadi peserta workshop
dari daerah lain yang ia tegur dengan
bertanya “apa kabar”, mungkin menjawab salam tersebut dengan keakraban. Namun
waktu diajak ngobrol sambil duduk,
mungkin ia memilih ngobrol sambil berdiri. Pada saat ini objek yang dibicarakan
masih diluar dirinya. Mungkin tentang materi kegiatan workshop yang kurang menarik, atau masalah pelayanan jasa
komunikasi ke daerah asalnya yang masih kurang baik, dan lain sebagainya. Di dalam
pembicaraan ini pun kedua orang guru
peserta workshop tersebut tidak
saling mengemukakan pendapat, hanya saling bertukar informasi. Singkat kata ini hanya “ngerumpi”, “Omong kosong”
dan belum saling membuka diri.
Tahap Ketiga
Tahap ketiga adalah
menyatakan gagasan dan pendapat. Pada tahap ini dua orang sudah mau saling
membuka diri, saling mengungkapkan perasaan. Namun, pengungkapan diri tersebut
masih terbatas pada tahap pikiran saja. Ibaratnya, waktu dipersilakan duduk,
guru workshop masih segan duduk di
satu deretan kursi yang tersedia, tetapi memilih berdiri pada posisi yang lebih
dekat lagi. Dalam pembicaraannya, kedua orang guru peserta workshop ini sudah saling mengemukakan pendapat, misalnya tentang
tindak lanjut dari kegiatan workshop ini di daerahnya masing – masing, namun masih
saling berhati – hati, memantau pendapat lawan bicara tentang pokok pembicaraan
yang sudah terjadi. Pada saat inni kedua orang guru peserta workshop berusaha keras menghindarkan
diri dari penunjukan kesan dan pendapat yang berbeda. Dalam berbicara, keduanya
cenderung berusaha menyenangkan lawan bicara. Pada saat ini kedua orang
tersebut belum sungguh – sungguh membuka diri dalam arti yang sebenarnya,
kendati dalam tahap pikiran sekali pun.
Tahap Keempat
Tahap keempat adalah tahap
mengemukakan isi hati atau perasaan. Ada yang mengatakan bahwa emosi atau
perasaan adalah unsur yang membedakan orang yang satu dari orang yang lainnya. Sama
– sama menghias rumah dan menaikkan endeea dalam rangka peringatan hari
kemerdekaan 17 Agustus, namun bagi seseorang veteran pejuang yang hidupya kini
sukses, veteran pejuang yang nasib nya kurang beruntung, miskin dan terlupakan,
warga masyarakat biasa yang tidak pernah mengalami masa perang, dan seorang
mahasiswa yang aktif memperjuangkan keadilan, tentu melakukannya dengan
perasaan yang berbeda – beda. Kalau saling berani mengungkapkan perasaan dalam
komunikasi antarpribadi, maka hubungan
antara unsure masyarakat tersebut akan terasa unik, berkesan, dan memberikan
manfaat bagi perkembangan pribadi masing – masing. Namun, ini semua menuntut
keberanian, yaitu keberanian untuk bersikap jujur, terbuka terhadap diri
sendiri maupun terhadap lawan berkomunikasi. Berani menghadapi risiko bahwa kekurangan dan
kelemahan yang ada pada diri seseorang diketahui oleh orang lain. Namun hanya
dengan cara itu seseorang dapat berkembang dan saling mengembangkan. Ibbarat pembicaraan
dua orang guru peserta workshop di
atas, hanya sesudah lama berbicara berputar – putar dan mengalahkan perasaan
gengsi ataupun malu, akhirnya keduanya sepakat pindah duduk di ruang lobi,
karena ingin mengungkapkan perasaan dan isi hati, berarti keduannya telah
sepakat untuk saling percaya.
Tahap Kelima
Tahap kelima adalah hubungan Puncak. Pada tahap ini jalinan komunikasi ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, dan saling
percaya yang mutlak di antara kedua belah pihak. Tidak ada lagi ganjalan –
ganjalan berupa rasa takut, rasa
khawatir jangan – jangan kepercayaan salah satu di antara kedua belah pihak. Tidak
ada lagi
ganjalan - ganjalan berupa rasa takut, rasa khawatir jangan – jangan kepercayaan
salah satu dianntara keduanya di sia –siakan. Selain merasa bebas untuk saling
mengungkapkan perasaan, biasanya kedua belah pihak juga memiliki perasaan yang
sama tentang banyak hal. Dengan kata lain, jalinan komunikasi antarpribadi
telah berkembang begitu mendalam sehingga
kedua belah pihak merasakan kesatuan perasaan timbale balik yang hamper sempurna.
Maka kedua orang guru peserta workshop itu misalnya, tidak segan –
segan lagi menerimanya ketika salah satu pihak mengajak pindah ke ruang makan untuk
makan bersama beserta dengan guru lainnnya. Hubungan puncak yang sempurna tentu
saja lebih lazim terjadi antara suami – istri. Mereka tidak hanya saling
menyapa basa – basi di jalan, ngerumpi di halaman rumah, tukar pikiran di teras
belakang, sambung rasa di ruang tamu atau
di ruang makan, tetapi juga bersatu hati secara total saatmereka berdua di kamar tidur.
Sumber buku :
Harapan, Edi dan Syarwani Ahmad, Komunikasi Antarpribadi, Depok : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. 2014, 37-40
Posting Komentar untuk "5 Tahap dalam Berkomunikasi - Referensi Buku Komunikasi Antarpribadi"
Posting Komentar