Dijatuhkan, Malah dijadikan Karya.
Kita mempunyai perjalanan kita sendiri, hidup masing - masing, dan berkarya masing - masing pula. Namun, entah kebetulan atau entah bagaimana disetiap satu langkah nya seseorang yang bergerak maju, pasti akan saja ada yang tidak suka. Hingga sejenak membuat kita berhenti dan berpikir "Apakah aku ada salah ya? Coba deh koreksi diri dan intropeksi diri sendiri. Oh, mungkin aku yang tidak tahu dimana letak kesalahan ku, kata mereka aku A, B C D E F G dan seterusnya sampe Z"
Hemm, kalau melulu kita hanya mendengarkan orang lain, yaa kita bakal stay disitu, tidak bergerak lagi, membuat kita berhenti, orang lain yang tidak suka, tidak akan pernah berhenti mencari - cari kesalahanmu. Nah, kalau kamu berhenti mereka akan mengira bahwa kamu telah membenarkan paradigma mereka.
Namanya juga bertumbuh yaa harus ditemani bumbu, apalagi kalau kamu sudah sukses. Hemm pasti banyak sekali yang memelukmu dengan menggenggam sebuah pisau dibaliknya.
Bukan sudzoon, yaa pasti akan ada saja yang seperti itu, sebagian diantaranya.
Berbicara mengenai "Dijatuhkan, Malah Menjadi Karya" aku yakin, aku tidak sendiri disini. Apalagi aku adalah tipe orang yang "Jika ucapanmu benar dan ada di aku, maka aku akan intopeksi diri dan merubahnya, namun jika ucapanmu tidak benar tentangku aku akan tetap intropeksi diri dan lebih banyak untuk tidak peduli."
Aku akan melihat perkataan yang mereka katakan, jika tidak ada di dalam diri kita. Yaa untuk apa di dengarkan, mereka cuma mau lihat kita berhenti, mereka iri tidak bisa bertumbuh dan berkembang sepertimu.
Seperti aku, Aku dijatuhkan dengan 1 (satu) kata saja, membuatku down, tapi yaa tidak berlama - lama. Aku memutar otakku untuk berpikir, dengan cara apa aku membalasnya.
Tunggu - tunggu, aku bukan ingin balas dendam, tapi aku ingin menunjukkan bahwa, tak perlu lah kejahatan di balas dengan kejahatan pula.
Biasanya, untuk menenangkan hatiku, aku pernah mengajak seseorang untuk nerbitin sebuah buku. Tujuan aku apa? Yaa mungkin kemarin dia menjatuhkan seseorang dengan satu kata karena dia tidak mampu seperti kita? Dan ketika kita melihat dia punya kelebihan, ada baiknya kita dukung dia untuk berproses memiliki buku juga kan?.
Menurutku itu sebagai bentuk dukungan, bukan sindiran ataupun menjatuhkan. Dan syukurnya aku senang ketika melihat dia yang sudah merubah pikirannya, jika ada seseorang yang ingin berkarya apapun itu konteksnya, walaupun bercanda tetap lontarkan hal - hal baik.
Dan, satu lagi. Gue pernah di fitnah nih (lhaa, jadi curhat bos wkwk, gapapa lah ya belajar dari pengalaman kan?). Awalnya ga peduli, bodo amet dah, tapi semakin lama, semakin kesini, kenapa semakin menjadi - jadi yaa? Padahal kita tuh udah diem. Lagi - lagi intropeksi diri dong, salah kita apaan yaak? Ah udah lupain, mungkin memang kita salah, mungkin kita gak cocok nih sama dia. Pernah kita mencoba untuk meminta maaf secara langsung maunya, namun waktu kita tak sempat. Giliran sudah ada waktu, kita merasa kita jadi percuma jika bertemu. Kenapa? Yaa karena dia juga udah kena bumbu dari orang lain. Percuma juga kan.
Gini loh, kita tuh percuma saja dan membuang - buang waktu menjelaskan kepada orang yang sama sekali sudah tertutup telinganya untuk mendengar.
Alhasil biar hati tenang, yaa cari cara lain lagi agar masalah itu bisa selesai dan akhirnya damai.
Tapi bersyukur sih, dari kehadiran orang - orang yang seperti mereka. Kenapa? Kita dekat, ternyata yang dekatlah yang menjatuhkan tanpa sekat. Yang dekat adalah yang paling menjatuhkan tanpa melihat.
Jadilah orang baik, walau kita belum mengenal dengan baik apa itu defenisi "baik/kebaikan".
Lagi lagi berdamai dengan diri sendiri.
Beruntungnya ada event yang mengadakan antologi menulis buku "Memori 2020" dimana, pengalaman apa yang begitu melekat namun dapat dijadikan pelajaran.
Serunya, Isi dari buku ini adalah kumpulan dari penulis terpilih. Yaa pasti memiliki cerita - cerita yang bagus di dalamnya, sehingg tulisan mereka dipilih lalu dibukukan.
Sini, ku perkenalkan. Ini adalah buku antologi ke - 2 (dua) milikku. Sengaja aku beri judul dengan "ikutan" dari aku yang pernah dijatuhkan hanya dengan 1 kata saja.
Walau udah sempat intropeksi diri, kita ikutan dari mana? Kita gak tau kenapa bisa dibilang ikutan. Padahal kita merasa gak pernah mengikuti ataupun ikutan. Tapi tetap sadar diri dan terus memperbaiki diri. Apalah daya diri ini yang rasa belajarnya kuat, rasa ingin tahunya tinggi. Meskipun digunjing tetap harus berpikir positif dan juga terus evaluasi diri sendiri. Mungkin ada kesalahan kita yang tidak kita tahu, tetapi orang lain melihat itu. Namun tetaplah tegur dengan kata - kata baik atau kalimat sewajarnya.
Seperti ucapku diatas, aku bersyukur, kehadiran mereka yang menjatuhkan hanya satu kata bisa aku jadikan karya. Yang jika dibaca insyallah, akan memotivasi pembacanya. Hemm termasuk ke self improvement juga sih.
Karya ini aku jadikan sebagai kenang - kenangan di tahun 2020, dan jika aku membuka dan membacanya beberapa tahun kemudian. Mungkin aku akan mengingat bahwa aku pernah dijatuhkan, namun tetap memberi kebaikan. Baik itu dalam mensupport diri sendiri.
Dan, yang harus kita pelajari, pahami adalah, disetiap perkataan yang terlontar, kalimat yang terucap, coba deh perhatikan dengan baik - baik, ulangi terus hingga akhirnya kamu paham mengenai kalimat itu.
Karena biasanya, biasanya nih ya, kalau kita paham maksudnya tuh, "Kalimat yang menjatuhkan adalah kalimat yang memotivasi kita untuk tetap terus maju" yaa, begitu sih memang ciri khasnya, mematahkan padahal menumbuhkan. Tinggal cara pandang kita aja memilahnya seperti apa.
Heii, Gapapa kok kalau kamu dijatuhin, di judge, dilece, difitnah bahkan, hingga kamu down, gapapa nangis, barangkali akan jadi bahagia setelahnya.
Kalau kata blog sebelah iaputri.id Kalau kita bisa membicarakan hal baik, saling mendukung, kenapa harus menjatuhkan?.
Posting Komentar untuk "Dijatuhkan, Malah dijadikan Karya."
Posting Komentar