Hidup Pejuang Nelayan dan Pemberdayaan Perempuan di Kampung Berseri Astra Desa Pantai Cermin Kanan

Kunjungan KBA Pantai Cermin Kanan
Kunjungan ke KBA Pantai Cermin Kanan

"Perempuan tidak boleh bekerja, cukup dirumah saja"

Pernah mendengar ucapan kalimat seperti di atas? Kira-kira bagaimana pendapatmu?

Ucapan tersebut biasanya akan terlontar dari mulut orang tua atau para suami/lelaki. Karena pandangan tersebut telah ditanamkan dari nenek buyut yang diturunkan ke anak cucu. Sayangnya, memasuki era kaum milenial, banyak yang merubah sudut pandang tersebut, dan mengikuti era zaman sekarang, dibersihkan oleh kaum milenial, bahwa perempuan juga bisa berdaya.

Eits, tunggu dulu! Sebelum lebih jauh berbicara tentang pemberdayaan perempuan, saya ingin bercerita tentang kunjungan saya ke Kampung Berseri Astra.

Kota Medan dan Serdang Bedagai, merupakan letak kota dan kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Utara.

Karena Serdang Bedagai dikenal dengan pantainya, yang dijadikan sebagai objek wisata di Medan.

Sama seperti saya, yang saya ketahui disana hanya pantai daerah pesisir yang akhirnya dikelola sebagai objek wisata terdekat di Kota Medan.

Sempat menarik perhatian, karena akhirnya disana banyak sekali membuka area pantai. Justru sangat bagus, karena akhirnya.

Pertama kali ke Pantai Cermin saat saya perpisahan SD dulu, mungkin sekitar tahun 2009, duh, jangan dihitung usia saya sekarang, yang pasti belum kepala 3.

Seiring berjalannya waktu, saya banyak mendengar pantai baru dekat dengan sisi Pantai Cermin, pengunjung yang datang juga dari berbagai daerah.

Pernah terlintas, "Kenapa sekarang banyak sekali pantai? Apakah ada pergerakan dari Pemerintah daerah? Atau pergerakan dari penduduk setempat?" Dan, ada banyak pertanyaan lainnya yang terlintas, tapi saya belum menemukan jawabannya.

Kegelisahan akhirnya menemukan jawaban, sampai saya tertarik untuk menuliskan artikel ini.

Cerita Singkat di Gudang Nelayan

Deretan kapal-kapal tak layak pakai, tapi masih bisa diperbaiki

Saya baru tahu kalau ternyata tempat wisata yang sering kali saya kunjungi di Pantai Cermin, sangat berdekatan dengan gudang nelayan, lebih tepatnya sangat berdampingan dengan wisata yang ada di Pantai Cermin.

Biasanya, saya sering melihat gudang nelayan yang ada di daerah lain, seperti di daerah Kabupaten Batubara dan juga Tanjung Balai. Kali ini dari pesisir yang berbeda, yakni Deli Serdang, tepatnya berada di desa Pantai cermin Kanan.

Sayangnya, kunjungan saya kali ini kurang tepat! Matahari sudah mulai naik, yang artinya para nelayan sudah pulang masing-masing dan membawa hasil tangkapannya untuk dijual ke berbagai tempat.

Hemm, padahal saya sudah membayangkan akan membawa pulang ikan yang masih fresh itu, pasti rasanya masih manis dan segar.

Kalau di ingat, saya pernah beberapa kali menyebrang lautan menaiki kapal kecil saat malam hari saat berkunjung ke suatu tempat wisata, saya melihat pemandangan yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Iya, para nelayan bermalam di tengah laut dan hanya bermodalkan lampu saja.

Duh, lagi-lagi saya overthinking, bagaimana dengan penglihatan mereka ya? Apakah aman? Atau... Bagaimana jika tiba-tiba cuaca tidak bersahabat.

Setelah melihat langsung, saya menyadari kalau ternyata ada banyak rintangan yang dihadapi nelayan. Sedangkan kita bisa dengan mudah menikmati ikan hasil tangkapannya. Mungkin saya terlalu perasa, tapi itupun saya tersentuh dan berterima kasih pula.

Selain cuaca yang sering menjadi kegelisahan nelayan, adapun tempat pembelian solar yang ternyata cukup jauh dari lokasi gudang nelayan. Untuk persediaan solar sebelum melaut, para nelayan harus pergi dahulu ke SPBN di daerah Sialang Buah lalu kembali ke gudang nelayan untuk melaut.

Sepertinya ini bisa jadi lirikan, untuk menunjang ketersediaan tempat yang menjual solar yang dapat dibeli oleh para nelayan. Agar nelayan tidak perlu pergi jauh lagi untuk mencari kebutuhan solar sebelum pergi melaut.


Perempuan Juga Bisa Berdaya


"Perempuan Berdaya" dua kata ini terlintas saat saya hadir di sentra anyaman, masih di daerah yang sama, namun jaraknya tak jauh dari gudang nelayan.

Mendengar kisah inspiratif dari seorang founder Menday Gallery & Souvenir yakni Eva Harlia, yang memiliki kekuatan sangat mendunia. Tak heran, jika hasil anyaman pun sangat laku terjual di berbagai negara lainnya.

Saat saya datang ke sentra anyaman, saya disambut dengan ibu Eva Harlia dan beberapa orang lainnya yang sudah cukup berusia. Tapi saya salut, serta kagum, karena mereka memiliki kekuatan kalau perempuan juga bisa berdaya!

Kembali ke kalimat awal pada artikel ini, bahwa perempuan tidak boleh bekerja, karena pekerjaan perempuan hanya urusan rumah.

Bicara soal pemberdayaan perempuan, rasanya kini sudah saatnya untuk mengurangi diskriminasi gender.

Seperti yang dikatakan Ibu Eva, dulunya, perempuan disini dilarang bekerja, cukup dirumah saja, urusan mencari nafkah dan bekerja itu menjadi hak suami.  Berbagai pertentangan juga terjadi, sampai akhirnya dari sisi suami melihat dan menyadari bahwa perempuan juga bisa melakukan hal yang setara serta berperan aktif dalam memecahkan masalah. Dan pada masanya, kesetaraan gender tersebut sudah lebih baik.

Adapula mitos kepercayaan lainnya yakni seorang perempuan yang ingin menikah, wajib membuat anyaman tikar, yang nantinya akan dipakai di rumah barunya.

Sudut pandang saya mengenai mitos ini, yang diambil dari sisi positif yaitu agar keterampilan menenun tidak hilang secara turun temurun, sekaligus mendorong para perempuan terhindar dari rasa malas.

Kenapa perempuan di Kampung Berseri Astra Pantai Cermin Kanan berdaya? 


Eits, ini berdaya, bukan bernadya. Ada sedikit ringkasan mengapa bisa terlintas perempuan di Kampung Berseri Astra Pantai Cermin Kanan berdaya.

Karena ada banyak proses yang dilalui oleh para ibu-ibu pengrajin anyaman di desa ini. Para pengrajin anyaman seluruhnya adalah perempuan, kalau kata ibu Eva, para pengrajin anyaman masih keturunan keluarga atau satu nenek. Yang saat ini sudah turun ke generasi ke-3. Sebagai penerusnya, sudah ada keponakan dari Bu Eva.

Mungkin kita semua baru mengetahui kalau ternyata anyaman dari daun pandan ini bisa mendunia, berkat tim ibu Eva yang mencari tahu secara mandiri. Sehingga akhirnya produk kerajinan tangan bisa sampai ke negara lain.

Bu Eva mengatakan harus selalu update mencari informasi dari program pemerintah, mereka berupaya agar kreasi atau karya ini bisa dikenal secara meluas sehingga dapat membantu perekonomian keluarga.

Saya sempat berpikir negatif soal ini, yang mengira bahwa mereka (para pengrajin anyaman) sengaja dilirik oleh berbagai instansi pemerintahan setempat agar program pemerintah itu berjalan, lalu ditinggal begitu saja. Ternyata saya salah, para pengrajin anyaman selalu mencari informasi dan mengajukan karyanya agar lebih layak lagi dikenal dan dihargai.

Ternyata, pemikiran saya terlalu jauh, para pengrajin anyaman selalu berusaha penuh, agar proposal mereka diterima, meski sempat beberapa kali juga pernah merasakan penolakan, tapi tak ada kata menyerah dari mereka.

Syukurnya pikiran negatif itu tidak sempat terlontar, hehe. Mungkin Bu Eva paham, agar kami tidak salah pengertian, makanya ia mengatakan bagaimana proses hingga akhirnya produk mereka diminati di negara lain.

Saling menopang satu sama lain, itu yang saya lihat dari kekompakan ibu-ibu pengrajin anyaman di Kampung Berseri Astra Desa Pantai Cermin Kanan.

Untuk mendukung penuh pergerakan adanya perubahan yang berdampak, menurut saya  perlu diberi kelas-kelas seputar digital marketing atau pemasaran di Kampung Berseri Astra di Desa Pantai Cermin Kanan.

Dimana yang kita ketahui kekuatan digital dan media saat ini cukup kuat. Mana tau, dengan adanya dukungan atau semacam program tersebut dapat memajukan KBA Pantai Cermin Kanan 

Kreativitas Anyaman dari Daun Pandan


Daun pandan memiliki ragam jenis, ada yang bisa di olah jadi makanan, dan ada pula yang diolah jadi suatu karya kreativitas yang dapat dipakai.

Mungkin yang kita ketahui, daun pandan hanya bisa dibuat bentuk tikar saja. Padahal, ragam jenis bisa dibuat hanya dengan daun pandan saja.

Seperti tas, topi, cover buku, kotak pensil, kotak tisu, bahkan bisa jadi sendal, lho!

Kalau dari anyaman daun pandan, sebenarnya baru kali ini saya melihat terdapat ragam yang bisa kita pakai, bukan cuma tikar saja.

Berikut adalah beberapa koleksi yang saya temui saat berada di sentra anyaman Kampung Berseri Astra Desa Pantai Cermin Kanan.

Koleksi anyaman di KBA Pantai Cermin Kanan
Di depan, kita akan disambut dengan ragam koleksi anyaman yang telah tergantung

Anyaman tikar
Anyaman Tikar

Kotak tisu
Kotak tempat penyimpanan Tisu

Ragam koleksi tas
Ragam koleksi tas

Anyaman Sendal
Anyaman Sendal

Tentu saja, saya juga membawa pulang satu kerajinan tangan sebagai hadiah kepada ibu saya. Niat hati ingin membelikan tas, tapi ternyata beliau lebih memilih dompet untuk dibawa pulang.

Kualitas produk paling utama

Ada yang bikin saya takjub banget ketika melihat kualitas dari karya seni ibu-ibu pengrajin. Karena biasanya kalau beli tas dengan harga 200ribu kebawah pasti dalamnya ada kain lapis atau parasut dan mudah koyak.

Tapi disini tuh beda, kualitas kain didalam tas nya saja sangat diperhatikan, bukan kain murahan, kain yang sangat bagus dan jahitannya rapi sekali.

Yang bikin kita kaget lagi, harga produknya dijual sangat bersahabat dan ramah kantong.


Gambar diatas, merupakan daun pandan yang sudah dikeringkan dan akan masuk ke tahap pewarnaan. Setelah pewarnaan telah dilakukan, maka daun pandan akan dijemur agar warna dapat melekat lebih lama.


Jika daun pandan yang dijemur sudah kering secara merata. maka daun pandan siap untuk diproses jadi kerajinan tangan.

Daun pandan yang siap di proses jadi anyaman

Oh iya, daun pandan yang tumbuh hidup di air laut biasanya akan dijadikan pilihan utama daripada daun pandan yang di budidaya dan ditanam di tempat biasa.

Karena daun pandan yang hidup dan tumbuh di air asin kualitas daunnya lebih bagus daripada yang hidup di tanah biasa. Sejauh ini Para pengrajin telah membudidaya daun pandan yang hidup di air asin.

Kampung Berseri Astra Desa Pantai Cermin Kanan

Bersama, Berkarya, Berkelanjutan. Ternyata sudah 3 tahun program Kampung Berseri Astra (KBA) berjalan di Desa Pantai Cermin Kanan

Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra dengan mengimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep mengintegrasikan empat pilar program, yaitu Lingkungan, Kewirausahaan, Pendidikan dan Kesehatan.

Sesuai dengan visi program Astra yakni mewujudkan wilayah yang sehat, bersih, cerdas dan produktif, untuk membangun dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat lewat kolaborasi di wilayah Kampung Berseri Astra.

Lalu, bagaimana dampak Kampung Berseri Astra di Desa Pantai Cermin Kanan ini?

Sebagai salah satu contoh mengenai program yang telah berjalan bersama Kampung Berseri Astra adalah pilar lingkungan, yakni menjaga keindahan lingkungan dan menyelamatkan abrasi pantai lewat penanaman 2000 mangrove.

Bukan itu saja, melalui program KBA akhirnya dapat mengajak kesadaran masyarakat akan keindahan lingkungan, dengan menghasilkan karya yang kreatif dan mengajarkan bahwa perempuan juga bisa berdaya untuk membantu perekonomian keluarga.

Posting Komentar untuk "Hidup Pejuang Nelayan dan Pemberdayaan Perempuan di Kampung Berseri Astra Desa Pantai Cermin Kanan"