Review & Sinopsis Film The Architecture of Love, Kisah Cinta Seorang Penulis hingga Alami Writer's Block!

Sinopsis Film The Architecture of Love
Sinopsis Film The Architecture Of Love

Setelah sekian lama sudah tidak review film, akhirnya bisa kembali untuk mengulas sebuah film yang sudah saya tonton di Netflix, dan kali ini ada film The Architecture of Love yang merupakan film drama romantis Indonesia yang telah hadir di April 2024 lalu.

Film ini diangkat dari sebuah novel The Architecture of Love karya Ika Natassa, dan di perani oleh artis-artis ternama.

Sebenarnya saya juga bingung kenapa tertarik untuk review film ini. Tapi, saya menarik sudut pandang, disetiap kita mengulas sesuatu pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda, tidak semuanya sama.

Makanya, jika kamu pernah singgah di artikel-artikel saya yang sebelumnya, itu merupakan sudut pandang dari kaca mata saya, begitupun dengan artikel ini.

Yuk, langsung saja simak artikel ini sampai habis dan berikut adalah profil film The Architecture of Love.

Profil Film The Architecture of Love
Sutradara Teddy Soeriaatmadja
Produser Chand Parwex Servia
Riza
Skenario Alim Sudio
Film Berdasarkan Novel : The Architecture of Love by Ika Natassa
Pemeran Putri Marino sebagai Raia Risjad
Nicholas Saputra sebagai River Jusuf
Jerome Kurnia sebagai Aga Jusuf
Jihane Almira sebagai Erin
Omar Daniel sebagai Diaz Umbara
Arifin Putra sebagai Alam
Agla Artalidia sebagai Andara
Refal Hady sebagai Harris Risjad
Lydia Kandou sebagai Ibu River
Willem Bevers sebagai Ayah River
Imelda Therinne sebagai Muthia
Jeremie J. Tobing sebagai Paul
Penata Musik Ricky  Lionardi
Lagu Tema "Here we go again / fanboi" oleh Arditho Pramono
"Losing us" oleh Raissa Anggiani
"Falling For You" oleh Pepita
Sinematografer Vera Lestafa
Penyunting Aline Jusria
Perusahaan Produksi Starvision
Karuna Pictures
Legacy Pictures
Tanggal Rilis 30 April 2024 (Indonesia)
Durasi 110 Menit
Negara Indonesia
Bahasa Bahasa Indonesia

Sinopsis Film The Architecture of Love

Seorang penulis populer bernama Raia Risjad yang mengalami kebuntuan menulis setelah bercerai dengan suaminya, Alam. Raia pun memutuskan untuk mencari inspirasi di Kota New York, Amerika Serikat.

Meski sudah di New York, Raia tak kunjung memulai karya barunya hingga ia dipertemukan dengan River, seorang arsitek yang misterius. Pertemuan pertama mereka menciptakan pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Mereka memutuskan untuk mngintasi kota big apple itu bersama. Raia mencari inspirasi untuk karyanya, sedang River mencari inspirasi untuk sketsanya. Kegiatan itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka sampai mengundang tanda tanya akan pilihan masing-masing.

Review Film The Architecture of Love

Seperti yang tertulis sebelumnya, kalau film ini bercerita tentang kisah hidup percintaan dari sang penulis terkenal yang akhirnya mengalami writers block karena ulah suaminya yang berselingkuh hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke New York dengan tujuan untuk mengembalikan jati diri sekaligus mencari inspirasi dalam menulis.

Padahal, sebelumnya sang penulis telah merilis sebuah buku yang terinspirasi dari sang suami. Namun, hal yang tak baik malah menjadikan Raia menutup buku.

Tidak mudah tentunya bagi seorang penulis, dalam setahun ia belum bisa mendapatkan inspirasi untuk kembali menulis. Parahnya, Raia juga merasakan trauma yang cukup berat hingga takut jatuh cinta lagi akibat pengalaman buruk hubungannya di masa lalu.

Hal ini lah yang memutuskan Raia untuk pergi ke New York.

Di New York, Raia (Putri Marino) bersama dengan seorang sahabatnya, yakni Erin (Jihane Almira) tinggal bersama, memutuskan untuk mencari inspirasi terbaru dan menlanjutkan karya-karyanya yang sempat tertunda akibat patah hati.

Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang lelaki yang ternyata adalah seorang arsitek saat ada pesta dirumah teman mereka.

Sejak saat itu dunia Raia mulai berubah, Raia terpana dengan seorang lelaki arsitek yang banyak sekali mengenalkannya soal gedung-gedung tinggi di New york.

Dari sosok itu, Raia perlahan mulai terinspirasi dan kembali melanjutkan karya tulisannya. Sosok lelaki itu adalah River (Nicholas Saputra).

Bagi Raia, River adalah sosok lelaki yang misterius, datang semaunya, bahkan pergi tanpa alasan. Tapi, River pula yang kembali menginpirasi Raia untuk kembali menulis.

River yang misterius itu ternyata memiliki segudang masa lalu yang kelam, dan sulit untuk ia sembuhkan.

Walaupun di endingnya hubungan keduanya berjalan bersama dan berusaha untuk saling meski dapat melukai satu sama lain.

Moment of View Film The Architecture of Love

1. Writer's Block

Sebagai penulis, tentu pernah mengalami yang namanya writer's block. Di film ini bikin saya flashback di tiga hal, yakni saat saya menulis sebuah buku novel, saat menjadi content writer di suatu PT, dan sebagai profesi saya yang sekarang yakni, blogger.

Setiap orang, akan melanjutkan tulisannya di waktu yang tepat

Percaya gak percaya, suatu tulisan yang dipaksakan akan melahirkan karya yang jelek. Maaf, saya menuliskan kalimat tersebut karena berkaca pada diri sendiri.

Kenapa? Setiap tulisan yang di racik dengan baik, akan melahirkan tulisan indah yang dapat menyentuh pembaca. Jika tidak, pembaca akan kabur atau harus merevisi ulang di waktu yang tepat.

Tapi, bagi kaum yang kurang mengerti bagaimana konsekuensi seorang penulis, mungkin bisa belajar dari film ini, bahwa setiap penulis, seprofesional apapun, tulisan memang tetap akan dikerjakan, tapi tergantung hasil akhir.

2. Setiap Gedung Punya Cerita

Jujur, ya. Kalimat ini tuh melekat banget sampai sekarang. Benar sih, setiap tempat itu punya cerita, termasuk gedung-gedung bangunan yang tinggi.

Entah gedungnya, orangnya, atau masa nya, ada momen yang tertinggal, diabadikan atau dijadikan kenangan.

Pada film ini, setiap gedung akan memiliki cerita sendiri bagi pandangan River sebagai arsitektur bangunan. Tapi bagi Raia, gedung-gedung tinggi ini meninggalkan jejak dan cerita kepada seseorang yang mengenalkan Raia pada gedung-gedung tinggi di New York.

3. Berani Mengutarakan Perasaan

Berawal dari Sahabat Raia, yakni Erin yang tangguh dan berani untuk mengungkapkan perasaan duluan. Hal itu akhirnya juga dilakukan oleh Raia, lalu ke Diaz.

Gila sih, seberani itu mengutarakan perasaan. Tapi yaa, tidak ada salahnya juga, cukup keren.

Kelebihan dan Kekurangan Film The Architecture of Love

  • Memiliki visual yang apik dan menarik yang gak ngebosenin.
  • Pilihan lagu yang tepat dan sincron, sesuai dengan kondisi dan suasananya.
  • Kalau boleh jujur, kekurangan disini dengan karakter pemain, feelnya kurang dapat dan kurang mantap. Meski begitu film ini tetap oke dinikmati sampai akhir.
  • Ada beberapa scene yang ngebosenin dan bikin ngantuk atau pilihannya di skip.

Penutup dan Kesimpulan

Film ini cocok di tonton untuk usia 20tahun keatas, yang sedang struglge dengan permasalahan percintaan, pasti bakal ngerasa relate banget dengan alur cerita dari The Architecture of Love ini.

Untuk saat ini, kamu bisa menyaksikan film The Architecture of Love hanya di Netflix.

Posting Komentar untuk "Review & Sinopsis Film The Architecture of Love, Kisah Cinta Seorang Penulis hingga Alami Writer's Block!"