Kapok! Hati-Hati Gunakan Travel Tour di Medan, Perjalanan Apes Saat Tour Ke Pulau Banyak Aceh Singkil

Hati-hati kena olah jasa travel

Holaa Kerabat ketela, rasanya sudah lama sekali saya tidak update seputar travelling di akun blog ini. Sayangnya, saya masih greget pengin banget nulis betapa bobroknya jasa tour travel yang ada di Medan, bahkan untuk yang sekelas sudah punya nama di Medan ini pun ikut kesorot.

Sebelumnya, saya mau disclaimer di awal tujuan artikel ini ditulis bukan untuk menjatuhkan atau menjelekkan semua jasa travel yang ada di Medan. 

Jika pembaca ini bijak, pasti akan mengambil kesimpulan, bahwa artikel ini adalah artikel membangun, bukan menjatuhkan. Apalagi bisa sampai di kritik begini, ya semoga saja artikel kritik ini dapat dijadikan pembelajaran agar lebih baik lagi kedepannya.

Semoga ya, setelah saya melampiaskan rasa kecewa ini ke tulisan artikel ini, amarah, emosi, rasa kecewa yang masih hadir sampai sekarang, juga bisa ikut hilang.

Sampai ga sadar, ternyata sudah hampir satu bulan dan sudah tidak sabar untuk sharing perjalanan di Pulau Banyak Aceh Singkil di blog pohonketelamenulis.com. Untuk perjalanan wisatanya akan saya share di artikel selanjutnya.

Artikel ini, biarkan keluh kesah saya dulu ya.

Sebetulnya, sebelum pergi ke Aceh Singkil ini antara niat dan tidak niat. Setelah obrolan panjang dengan teman yang kebetulan emang orang asli Aceh Singkil, tempat tinggalnya pun tidak jauh dari Pelabuhan, ternyata kena biaya yang jauh relatif lebih mahal. Itulah alasan mengapa saya memutuskan untuk pergi menggunakan travel.

Saya pergi bersama dengan teman kampus saya, Tiwi namanya. Jadi, yang mencari tour travel ini adalah teman saya. Ya, saya percayakan saja semuanya pada dia, dan kebetulan pula saya sedang ada jobdesk yang cukup banyak.

Saya dan teman saya sudah mencari dan booking sebulan sebelum keberangkatan. Takut slot habis, itu yang kami pikirkan saat melihat jasa tour travel, walaupun tahu sebenarnya itu adalah trik marketing.

Kurang lebih ada 4 jasa tour travel yang kami cari tentang keberangkatan di tanggal yang kami mau.

Tapi, kita berdua hanya fokus sama 2 jasa travel saja. Mikirnya, "kenapa kita ga pakai jasa travel yang sudah terkenal saja? Mungkin lebih tepercaya, apalagi followersnya sudah ratusan sampai puluhan ribu, bahkan ada rekomendasi dari beberapa teman pakai jasa travel yang ratusan ribu followers tersebut".

Baiklah, akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan jasa travel yang duapuluh ribuan tersebut.

Kenapa pakai jasa travel itu? Alasannya? Berikut saya jabarkan:
  1. Di akun dengan followers ratusan ribu, biayanya relatif beda sedikit 'lebih mahal', sayangnya belum dengan perlengkapan snorkling.
  2. Di akun yang cuma duapuluh ribuan tersebut, dengan perbedaan biaya 50ribuan doang sudah dapat perlengkapan snorkling.
  3. perbedaan juga terletak pada penginapan, untuk akun dengan duapuluh ribuan, harga penginapan untuk upgrade kamar relatif jauh lebih mahal, walaupun cuma berbeda 50 ribuan saja.
Nah, hal tersebut lah alasan kenapa kami memilih untuk memakai jasa travel yang 20ribuan followers itu.

Seminggu sebelum keberangkan, ternyata kita di kabarin sama jasa travel tersebut, kalau keberangkatan di tanggal tersebut sedikit sekali, ada beberapa orang yang cancel.

Mereka menanyakan, "mau di cancel, atau tetap berangkat?" Karena jika jadi berangkat, yang kesana cuma 5 orang, saya berdua dengan teman saya, dan ada 3 orang lainnya.

Keputusan juga ada di kami, jika kami cancel, maka yang lain juga cancel, hal yang sama dengan 3 orang tersebut.

Sebelum kami memutuskan untuk berangkat, kami mencari tahu jasa tour travel ke Aceh Singkil lainnya. Termasuk, ke akun travel dengan ratusan followers tersebut.

Ternyata, akun dengan followers besar itu, mengatakan kalau slot mereka kurang, yang daftar baru 2 slot, dan jika pun kami tetap nekat ambil 2 slot yang artinya total ada 4 slot, tetap tidak akan diberangkatkan oleh mereka.

Makanya, mau tidak mau kami tidak jadi cancel dengan jasa tour travel yang sudah kami berikan uang dp itu.

Kami jadi berangkat? Ya, kami tetap diberangkatkan!

Bobroknya Tour Travel di Medan

Ingat tulisan saya tentang perjalanan ke Pulau Pandang, Batubara? Itupun saya memakai jasa travel yang sudah viral disana.

Sialnya, mungkin saat itu emang nasibnya tidak baik untuk saya. Tapi syukurnya, setelah saya bercerita tentang perjalanan saya ke Aceh Singkil menggunakan tour lain, ada salah satu kerabat saya yang mengatakan kalau travel tour yang sudah terkenal di Batubara tersebut sudah lebih baik.

Katanya, "Kakak kemarin pakai jasa travel trip yang sudah terkenal di Kota Medan, kita itu cuma diantar sampai pelabuhan, sisanya malah ditampung sama travel lain, syukurnya travel lain nerima dan treat kami selayaknya".

Saat mendengar itu, yang ada dipikiran saya adalah, "oh, apa mungkin tulisan saya sampai dibaca oleh mereka, ya? Kalau iya, semoga artikel tersebut bisa jadi masukan. Karena kerabat saya juga mengatakan bahwa travel tersebut sudah jauh lebih baik".

Syukurlah, ucapku pada saat itu, karena artikel tersebut sampai sekarang emang ramai pengunjung. Dan bisa jadi, salah satu tim mereka mungkin ada yang membaca tulisan saya, dan jadi bahan evaluasi bagi mereka.

Sama seperti hal ini, perjalanan ini adalah kali kedua saya menggunakan jasa travel yang ada di Medan. 

Kejadiannya, terungkap saat setelah perjalanan pulang. Tapi, dari awal perjalanan sudah kami rasakan kanehannya.

Mungkin saya akan bercerita dari awal keberangkatan, yakni saat menunggu supir.

Kalau lihat dari itinerary, keberangkatan kami dimulai pukul 20.00. Nah, jadi kita tuh dijemput satu persatu di lokasi kita masing-masing.

When, sebenarnya kita tuh gak masalah mau dijemput jam 10, jam 11 atau jam 12 malam.

Asal... asal ada konfirmasi, jadi kita gak nungguin, ini mau pergi keluar sebentar aja kepikiran nanti tiba-tiba sudah dijemput di depan.

Hemm, semoga paham yaa maksudnya. Karena pada akhirnya kita dijemput jam setengah sepuluh malam.

Walaupun akhirnya tetap di jemput, tapi ada waktu kosong yang seharusnya bisa kami manfaatin, bukan cuma nunggu, bengong dengan rasa campur aduk, kesal, emosi, marah dan khawatir.

Perjalanan saat menuju kesana juga termasuk santai, cukup pelan dan banyak berhentinya. Sesuai kata supir, dengan perjalanan yang emang di sengajakan lama agar sampainya tidak terlalu kepagian.

Ini perlu jadi masukan juga untuk supir dan si penyedia jasa, untuk buat itinerary yang sesuai dan tepat, kalau gak mau di bacot sama kita.

Dan, miss komunikasi terjadi, berawal dari sini!

Supir mengantar kami ke sebelah pelabuhan. Tidak, tentu saja kami tidak menaiki kapal feri. Karena kapal feri sudah memiliki jadwal keberangkatan di jam 3 sore.

Kami diantar dan naik kapan nelayan untuk penyebrangan, supir bilang, "disana kalian akan bertemu dengan tour guide".

Kami semua langsung bertanya-tanya, dengan wajah bingung, tidak ada tour guide atau apapun itu yang menuntun kami saat penyebrangan selama 4 jam perjalanan menaiki kapal nelayan.

Setelah 30 menit perjalanan kami diatas laut, teman saya mengatakan kalau ada kabar dari tour guide di grup yang menanyakan dimana kebaraan kami, sedangkan kita sudah naik kapal. Artinya, kami menaiki kapal yang salah, itu ucapan sang tour guide di grup travel itu.

Duh, miris hehe.

Kenapa? Karena kami sampai di pelabuhan tepat di jam 8, dan kami berangkat dengan kapal nelayan di jam 9.30, kami juga sudah konfirmasi di grup jika kami sudah sampai, di grup tak ada respon apapun.

Selang setengah jam keberangkatan, malah dapat kabar di grup seperti itu. Tahu, yang ingin saya katakan seperti apa?

"Hello, kami sampai di jam 8, beberapa diantara kami juga sudah konfirmasi di grup kalau kami sudah sampai di pelabuhan di jam 8 pagi. Tanpa ada respon apapun, mengenai langkah kepergian kami selanjutnya. dua jam berlalu tiba-tiba kalian nongol di grup dengan konfirmasi yang seperti itu? Halo, Travel Atur Wisata Medan DIMANA LETAK TANGGUNG JAWAB KALIAN? Jika seandainya kami kenapa-kenapa di jalan, saya yakin kalian akan lepas tanggung jawab juga, bukan?"

Percayalah, sepanjang perjalanan kami semua penuh dengan emosi dan amarah.

Eits, ini belum selesai!

Setelah 4 jam perjalanan diatas kapal, akhirnya kami tiba juga di pulau balai. Rasa kesal sedikit mereda, diobati dengan pemandangan dan birunya air laut.

Begitu sampai, kami bertemu dengan seorang yang di awal kami kira beliau adalah tour guide kami, ternyata kami salah, ia hanya mengantar kami ke tempat penginapan.

Sialnya, yang ada dalam bayangan kami penginapan berada di pinggir pantai. Tidak, bukan kami berdua, tapi kami berlima membayangkan penginapan tersebut tepat di pinggir pantai.

Saya berdua dengan tami, kami upgrade kamar ke AC yang dikenai biaya tambahan sebesar 150k. Tanpa ba bi bu, kami langsung ter ha he ho. Bagaimana tidak? Lebih layak disebut dengan kos-kosan.

Tahu apa yang lebih miris lagi? Kami sudah bayar, bahkan upgrade ke kamar yang ber-AC. Tapii, air dimatikan/dibatasi. Waaw banget ga tuh? Kaya gini kah yang namanya penginapan yang layak?

Emangnya kita buang-buang air ya? Mau mandi, mau buang hajat, mau ambil air wudhu. Perasaan dulu saya ngekost juga gak sebegininya deh.

Usut punya usut, ternyata yang katanya penginapan tersebut merupakan usaha milik paman si tour guide. Keren sih, kerja samanya. Kita jadi kena zonk, hehe.

Biar tidak kena zonk bagaimana? Ya bilang dari awal sama kita gimana, kita udah tanya juga padahal di chat, tapi benar-benar ga sesuai ekspektasi, jauuhhhhh banget.

Setelah sampai di penginapan, kami langsung mandi dan diberikan nasi kotak oleh ibu penginapan.

Tentu saja kami sempat rehat sejenak, sambil menunggu sang tour guide yang menyusul kami ke Pulau Balai.

Tapiii, lagi-lagi kami di bikin kesal nih.

Yang pertama, tuan rumah atau pemilik penginapan mengetuk pintu kamar kami yang mengatakan penawaran untuk bersepeda sembari menunggu sang tour guide sampai menjemput kami.

Saya dan teman saya akhirnya keluar, namun sayangnya outfit yang kami pakai tidak mendukung untuk bersepeda. Saya menggunakan rok span, sedangkan sepeda yang dinaiki persis sepeda gunung. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali kedalam kamar. Namun anehnya, si pemilik penginapan tersebut ada sedikit 'rada maksa' agar kami tetap bersepeda, saya mengabaikan dan mencoba berpikir positif, mungkin dia tidak mendengar ucapan saya.

Sebenarnya, disatu sisi itu juga akan menjadi sumber pemasukan bagi mereka. Tapi, pengujung tak bisa dipaksa, apalagi dengan outfit kami yang memakai rok span.

Dan yang kedua, kami menunggu sang tour guide tersebut mungkin ada 2 jaman lebih. Tak perlu membayangkan betapa campur aduknya perasaan kami.

Bayangkan saja, Jika kami berangkat sama mereka (tour guide) sedangkan waktu sudah menunjukkan di sore hari. Jika kita sampai, letak barang di penginapan, mandi dan segalanya. Minimal banget butuh waktu satu jam, apakah yakin tetap keliling di jam 6 sore?

Cukup bikin istighfar sih, teman saya juga ngomel mulu nih. Eits, ngomel dalam tanda kritik atas ketidakjelasan pihak tour.

Tapi di satu sisi, kami semua mengucap syukur sampai duluan disini, karena bisa rehat, mandi, dan lain sebagainya. Tinggal menunggu sang tour guide yang ternyata beliau juga sebagai dokumentasi kami.

Akhirnya kita semua berangkat ke Pulau Rangit kurang lebih di jam 5. Jujur, cukup mereda, karena akhirnya kita bisa pergi, meski sebentar dan walaupun sebenarnya kita semua jadi saling diam satu sama lain.

Saya mencoba menenangkan Tami, sebagai teman. Bahkan sata mencoba positif thinking selama 2 hari kalau, "Gapapa deh, dokumentasinya juga banyak, mereka juga mau ngarahin bukan cuma foto-foto satu orang aja. Mungkin day 1, emang kebetulan kita lagi apes".

Setelah dari pulau Rangit kita lanjut ke Pulau Malelo lalu lanjut ke cafe yang berada di sisi jembatan Pulau Balai.

Lalu, bagaimana kelanjutan di day 2?

Day 2 adalah puncaknya emosi kami berlima. Iya, sebelumnya hanya teman saya yang selalu mengoceh dan tak terima dengan treatment dari mereka.

Saya? Ini yang cukup menyulitkan, karena saya tidak masuk di grup, jadi gabisa asal langsung ngoceh. Dongkol? Jelas! Jangan ditanya lah kalau ini.

Sekitar jam 8 lewat kita pergi ke Pulau Teluk Nibung, yakni penangkaran Penyu, lalu lanjut ke tebing Ratu, dan tujuan yang terakhir ke Pulau Panjang.

Kurang lebih sekitar jam 11, Sang tour guide / dokumentasi mengatakan kalau kapal hari ini kosong, karena tidak ada muatan yang mengharuskan kami untuk menyebrang.

Sampai akhirnya ia memberikan kami 2 opsi yakni, opsi pertama kami pulang keesokan harinya di pagi hari, dan opsi kedua kami naik speed boat dengan membayar Rp. 1.000.000.

Jadi, 1 jt itu kita bagi berlima, yang artinya, kita keluarin biaya 200k perorang.

Disatu sisi, salah satu dari kita mencoba bertanya di grup dan chat secara pribadi mengenai kepulangan kami disini. Dari isi chat tersebut, si "jasa travel" juga bingung, dan cuma kasih keringanan potongan 150k atau  menginap satu malam lagi, Yang artinya, 1jt dikurang 200k sisanya adalah 850k. Dan 850k bagi kami berlima, kami semua cukup oke.

Ini hasil diskusi kami berlima, sebelum pulang. Berlima ini adalah kami si pengunjung ygy.

Tapii, ada yang perlu kami tekan kan disini, dan ini yang menjadi minusnya kami, kenapa? Kami minim dokumentasi sehingga tidak ada barang bukti. Kenapa?

Si tour guide ini, sedari pulau panjang mengabarkan hal tersebut, sampai mengantarkan kami balik ke pulau balai, iya selalu mengatakan kalau harga speed boat adalah 1jt, dan kalau yang lebih besarnya lagi itu diatas 1jt dan hampir 2jtan. Beliau selalu mengucapkan hal yang sama secara berulang. Ini jadi catatan dan poin utama.

Kami balik ke penginapan untuk mandi, serta packing untuk pulang. Tapi tahukah apa yang terlihat di ruangan meja makan? Mereka berdiskusi dengan pengunjung lainnya soal foto. Yang menurut pandangan saya, itu hanya trik untuk memperlambat waktu agar kami tak jadi pulang dan menginap satu malam lagi, atau kami harus merogoh kocek untuk kembali ke Aceh Singkil dan pulang ke Medan.

Saya dan teman saya langsung bertanya, "ini kita pulang jam berapa?" lalu teman si tour guide itu menjawab "Kalau orang kakak udah siap, tinggal berangkat la ini kita".

Kami langsung mengumpul diluar, Sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Sebelum kami naik ke kapal, sang tour guide mengatakan "Kak, ijin ya, kan kita mau naik kapal, mereka minta ongkosnya langsung kak".

Tanpa ba bi bu, kami ingin memberi 850k tersebut. Nahhh, disini lah terjadi yang kalau bahasa orang Medan, ya lek! Ini namanya KENA OLAH!

Kenapa? Karena katanya harga speed boat adalah 1,8jt, dan itu sudah dipotong dari hasil nego, tanggung jawab di tour guide dan pihak jasa travel makanya sampai 1jt.

Maaf, tapi cukup tidak make sense di otak kami semua. Karena di awal, secara berulang, dia tidak mengatakan hal tersebut kepada kami, yang iya selalu katakan adalah "Harga speed boat kecil 1jt, sedangkan speed boat besar yang muat sampai 15 orang akan kena biaya 1,8."

Kecurigaan saya mulai naik disaat teman saya menelpon si jasa travel, alih-alih, si jasa travel meminta teman saya untuk memberikan hp nya ke si abang tiur guide, anehnya kenapa ngobrolnya harus bersembunyi dan kebelakang? Sayangnya saya tidak menguping, karena saya punya etika.

Setelah dari obrolan tersebut, si jasa travel malah mengubah ucapannya, dan lebih parah lagi harga speed boat yang katakan oleh sang tour guide makin naik berkali lipat.

Gini deh, kalau kami menginap lagi satu malam, berapa lagi biaya penginapan yang harus mereka tanggung? Dengan santainya mereka menjawab "150k itu untuk penginapan kami berlima / 3 kamar".

Untuk kami yang upgrade kamar ke AC, makin gondok dan kesal sih mendengar jawaban dari si jasa travel tersebut.

Siappp, tuan rumah tapi malah ngolah pengunjung. Siap, si paling anak daerah!

Jujur, kecewa banget pakai jasa travel Atur Wisata, Kapok deh! Jika kalian membaca ini, semoga kalian menerima kritikan dari saya dan teman-teman lainnya.

Dan semoga saja nih, tidak ada teman-teman traveler lainnya yang kena olah dengan jasa travel yang satu ini.

Setiap perjalanan emang punya cerita. Cerita jelek kaya gini yang bikin kita malas untuk balik lagi, memberi kesan yang tidak nyaman, malah memanfaatkan pengunjung yang datang. Bahkan tanggung jawab juga tidak ada!

Apakah sampai disitu? Tentu saja tidak! Masih ada lagi? Wah, iya dong! Tentunya mengejutkan kita semua.

Jadi, ternyata sang supir sudah menelpon teman saya, namun teman saya tidak merespon telpon tersebut, mungkin karena kami semua lagi riweh deal-deal an.

Saat kami sampai di tepi pelabuhan, supir langsung menghampiri kami. Tidak, kami tidak langsung beranjak pulang.

Supir meminta ijin kepada kami untuk mengganti mobil, sembari menunggu, kami akan makan malam sejenak si warung tepi pelabuhan.

Setelah supir telah kembali, dan kami mulai beranjak pergi dari pelabuhan, ia langsung bertanya kami semua, ada apa? kenapa? dan bagaimana?

Kami menceritakan semuanya satu persatu, dan supir juga bercerita kenapa alasan dia selalu menelpon kami dari jam 11 siang sebelumnya, apalagi setelah mendapatkan kabar pesan dari teman saya mengenai kepulangan kami. Sayangnya kami tidak menjawab telpon itu.

Dan, ia juga mengatakan kalau tadi, ada 2 orang bule yang menyebrang dari Pulau Banyak, Selain itu, yang bikin gong nya lagi adalah, ternyata kalau ada yang ingin menyebrang, itu tetap diantarkan.

Hal ini, juga saya tanyakan kepada teman saya yang di Aceh Singkil lewat telepon, dia juga mengatakan kalau kapal nelayan seperti itu walaupun tidak ada muatan tapi jika ada penumpang tetap akan diantarkan.

Supir juga bertanya satu-persatu kepada kami, ia bertanya mengenai jasa travel apa yang kami gunakan, karena ia mengira kami memakai jasa travel yang berbeda.

Yang sebenarnya kami berlima memakai jasa travel yg sama. Dan mengejutkannya lagi, ternyata beliau adalah supir dari jasa travel lain. Iya, travel yang sudah memiliki ratusan ribu followers.

Kami semua diam tanpa kata, saling ha he ho. Surprise sekali bukan perjalanan kami ini?

Ternyata, walaupun jasa tour travel tersebut sudah terkenal di Kota Medan, tetap ada bobrok dan cela juga.

Sayangnya, Tour travel yang saya pakai, LEBIH BOBROK dan HANCUR sekali.

Jasa Travel yang sudah 20ribuan followers, di branding baik dengan sedemikian rupa, ternyata isinya adalah para manusia yang belum siap membuka jasa travel, hanya saling mengandalkan satu sama lain.

Dan kalau benar adanya, ternyata jasa travel yang sudah dikenal ratusan ribu tersebut ada yang curang, cukup bikin geleng-geleng kepala, sih.

Saya paham, sesama jasa travel mungkin bisa saling membantu satu sama lainnya. Tapi, coba deh setidaknya kalian menjalin komunikasi yang baik, dan punya persiapan yang matang sebelum meresmikan jasa travel kalian.

Teman saya yang asal Aceh Singkil akhirnya menanyakan kabar kepulangan kami, dan tentunya ia juga bertanya bagaimana keseruan kami disana.

Mendengar apa yang saya ceritakan, ia merasa bersalah. Bahkan ia juga mengatakan kalau ternyata harga kapal yang sebelumnya jauh lebih murah.

Dengan artian, saya ditawarkan jika suatu hari saya kembali ke Aceh Singkil dan menyebrang ke pulau banyak, teman saya akan mengajak temannya untuk menyewa kapal dan menemani saya untuk kembali mengelilingi Pulau Banyak.

Dan bisa jadi, seperti yang dia katakan, budget kami kesana paling tidak sampai 500k, sangat jauh dari ekspektasi kita semua.

Oh iya, alasan kenapa kami tidak memilih pulang daripada menginap lagi selama 1 malam, karena kami berlima rata-rata adalah pekerja, dan di hari minggu, ada 2 orang dari kami (termasuk saya) yang bekerja di hari minggu pagi.

Itu sebabnya kenapa kami memutuskan untuk pulang. Lagipula, ada tambahan menginap 1 malam menjadi pertimbangan yang cukup berat untuk kami. Karena pasti akan mengeluarkan biaya lagi, termasuk biaya makan dll.

Kesimpulan

  1. Miss Komunikasi: Dari Cerita saya di atas, sudah terlihat bukan bagaimana buruknya komunikasi mereka, saling membela diri dan tidak ada yang mau disalahkan. Dari awal juga sudah terlihat, alangkah baiknya jika mereka punya grup sendiri, dan membangun branding sendiri. Bukan tipu-tipu modal iklan, dan berharap dari teman
  2. Minus Pelampung, selama perjalanan baik itu menggunakan kapal nelayan tidak ada ketersediaan pelampung sama sekali. Kalau dibandingkan dengan saya pergi ke Pulau Pandang Batubara kemarin, treat mereka lebih oke dibandingkan ke pulau banyak.

Penutup

Dear Jasa Travel yang ada di Sumatera Utara, sebagai penutup saya ingin sekali memberi saran, kalau kalian gak siap buka jasa travel, please gak usah sok-sokan buka jasa Travel abal-abal. Kita bisa saja kemarin laporin kalian ke Polsek terdekat karena memanfaatkan pengunjung/traveller, sayangnya kita semua diburu waktu dan kalian yang sengaja mengulur waktu.

Kalau memang mau buka usaha jasa travel, pastikan kalau kalian emang punya fasilitas sendiri, dari mobil, kapal, penginapan tepercaya, dan dokumentasi. Pastikan kalau kalian emang punya tim, bukan curang sana-sini.

Semoga usaha kalian berkah, tanpa merugikan orang lain.

Posting Komentar untuk "Kapok! Hati-Hati Gunakan Travel Tour di Medan, Perjalanan Apes Saat Tour Ke Pulau Banyak Aceh Singkil"